Saturday, April 7, 2012

Sukses dan Profesional sebagai Pendidik & Mentarbiyah dengan Cinta


MATA KULIAH PROFESI PENDIDIKAN


Sukses dan Profesional sebagai Pendidik
&
Mentarbiyah dengan Cinta


Maryani. M
Semester 3, S1 PAUD

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA



Sukses dan Profesional Sebagai Pendidik

Setiap calon pendidik perlu mengetahui rahasia untuk sukses sebagai pendidik. Sukses sendiri memiliki arti yang beragam tergantung pribadi masing-masing, akan tetapi sukses sebagai pendidik adalah bukan sekedar mampu menjalankan Program Kegiatan Belajar secara benar, tetapi justru mampu menciptakan keceriaan bagi anak-anak peserta didik saat belajar dengan aktivitas yang kita berikan yaitu belajar sambil bermain.
Berikut ini adalah panduan mengenai bagaimana agar kita dapat berhasil menjadi guru yang diimpikan oleh murid-muridnya.
I. Arti Pendidikan 
Menurut Wikipedia, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Menurut Dr. Seto Mulyadi atau yang akrab dipanggil Kak Seto, untuk menjadi guru yang baik, seyogyanya guru memahami pengertian pendidikan. Arti pendidikan sesuai dengan Undanga-undang Sisdiknas adalah sebuah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepridbadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Seorang pakar mengatakan bahwa, dunia anak adalah dunia bermain. Sehingga kita sebagai guru perlu juga memahami dunia anak-anak yang kita didik adalah dunia bermain. Ciri utama menurut Rubin, Fein dan Vandenverg dalam Hughes ada 5 ciri utama bermain yang dapat mengidentifikasikan kegiatan bermain sebagai berikut :
1. Dunia bermain dilakukan berdasarkan motivasi dirinya bukan karena orang lain atas dasar paksaan.
2. Permainan dipilih secara bebas oleh sang anak. Dalam sebuah penelitian disimpulkan bahwa suatu kegiatan bermain yang ditugaskan oleh seorang guru kepada murid-muridnya cenderung akan dilakukan anak sebagai suatu pekerjaan, bukan sebagai kegiatan bermain.
3. Bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan. Anak merasa gembira dan bahagia melakukannya.
4. Bermain bisa juga dengan memanfaatkan fantasi atau imajinasi anak.
5. Bermain senantiasa melibatkan peran aktif anak baik fisik ataupun psikologis.
Bermain adalah salah satu cara untuk melatih anak konsentrasi karena anak akan mencapai kemampuan maksimal ketika terfokus pada kegiatan bermain dan bereksplorasi dengan mainan. Bermain juga dapat membentuk belajar yang efektif karena dapat memberikan rasa senang sehingga menimbulkan motivasi instrinsik anak untuk belajar. Motivasi instrinsik tersebut terlihat dari emosi positif anak yang ditunjukan melalui rasa ingin tahu yang besar terhadap kegiatan pembelajaran.

II. Memahami Anak
Sebagai seorang guru, hal lain yang tak kalah pentingnya untuk kita pahamai dalam mendidik anak adalah bahwa kita perlu lebih memahami psikologi anak.
Bukan orang dewasa mini
Anak-anak memiliki dunianya sendiri dan butuh kesabaran, pengertian dan toleransi yang mendalam agar mereka mengerti tentang apa yang kita ajarkan.
Dunia bermain
Dunia mereka adalah dunia bermain yang penuh dengan spontanitas dan menyenangkan. Seorang anak akan rajin belajar, mendengarkan keterangan guru atau melakukan pekerjaan rumahnya apabila susana belajar adalah suasana yang menyenangkan dan menumbuhkan tantangan.
Berkembang
Anak akan bertumbuh kembang baik fisik maupun psikologis. Dengan memahami perkembangan anak, maka kita akan tenang dalam menghadapi segala gejala perubahan perkembangannya.
Senang meniru
Anak-anak pada dasarnya senang meniru, untuk itu disekolah guru harus memberikan contoh-contoh yang baik seperti tersenyum, senang bernyanyi dan menghargai orang lain agar ditiru oleh anak didiknya.
Kreatif
Rasa ingin tahu yang besar, senang bertanya, imajinasi yang tinggi, tidak takut salah adalah contoh sifat anak kreatif. Guru perlu merangsang anak-anak tersebut agar mereka selalu kreatif.

III. Memahami Kecerdasan Anak
Seorang anak untuk dapat hidup sukses di masa depan membutuhkan disiplin, kerajinan dan ketekunan. Selain itu, untuk kesuksesan hidupnya, seorang anak juga membutuhkan kecerdasan sosial, pertemanan, serta kemampuan menempatkan diri dan kesuksesan ini tidak dapat diukur hanya dengan menjadi juara di kelasnya, karena menjadi juara kelas bukan jaminan dapat hidup sukses di masa depan. Jika seorang anak saat ini kelihatan biasa-biasa saja, boleh jadi ada kecerdasan tertentu pada diri anak tersebut yang masih terpendam.
Menurut Gardner, Profesor Psikologi di Harvard Graduate School of Education, setidaknya ada 8 kecerdasan yang tertanam pada diri anak-anak dan kedelapan kecerdasan itu tidak berdiri sendiri-sendiri, kedelapan kecerdasan itu membaur menjadi satu dan setiap anak memiliki kedelapan-delapannya sekaligus, meski yang menonjol mungkin hanya satu atau dua saja.
Kedelapan itu diantaranya sudah terpetakan oleh para pendidik disekolah, yakni kemampuan linguistik(word smart) dan kecerdasan logika-matematika(logic smart), namun selain itu masih ada 6 kecerdasan lainnya, yaitu musik(music smart), gerak tubuh(body smart), visual(picture smart), interpersonal(people smart) dan  intrapersonal(self smart) serta naturalistik(nature smart).

Menurut Howard Gardner via Kak Seto (2008:5) kecerdasan anak meliputi :
1.   Kecerdasan  matematika-logika
Anak-anak dengan kecerdasan matematika-logika tinggi cenderung menyenangi kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab-akibat terjadinya sesuatu. Ia menyenangi berpikir secara konseptul, yaitu misalnya menyusun hipiosis, mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Anak-anak  semacam ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan masalah matematika.
Apabila kurang memahami, maka mereka akan cenderung berusaha untuk bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang dipahami tersebut. Anak-anak ini juga sangat menyukai berbagi permainan yang banyak melibatkan kegiatan berpikir aktif, seperti catur, bermain teka-teki, dan sebaginya.
2. Kecerdasan bahasa
Anak-anak dengan kecerdasan bahasa yang tinggi, umumnya ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan suatu bahasa seperti: membaca, menulis karangan, membuat puisi, menyusun kata-kata mutiara, dan sebagainya. Anak-anak seperti ini juga cenderung memiliki daya ingat yang kuat misalnya terhadap nama-nama seseorang, istilah-istilah baru maupun hal-hal yang sifatnya detail. Mereka cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan dan verbalisasi. Dalam hal penguasaan suatu bahasa baru, anak-anak ini umumnya memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak lainnya.
3.   Kecerdasan musikal
Anak-anak jenis ini cenderung senang sekali mendengarkan nada dan irama yang indah, apakah itu melalui senandung yang dilagukannya sendiri, mendengarkan kaset, radio, pertunjukkan orkestra, atau alat musik yang dimainkannya sendiri. Mereka juga lebih mudah mengingat sesuatu dan mengekspresikan gagasan-gagasan apabila dikaitkan dengan musik.
4.   Kecerdasan visual
Anak-anak ini memiliki kemampuan misalnya untuk menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya, atau kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi seperti dijumpai pada orang dewasa yang mejadi pemahat patung atau arsitek suatu bangunan. Kemampuan membayangkan kecerdasan visual suatu bentuk nyata dan kemudian memecahkan berbagi masalah sehubungan dengan kemampuan ini adalah hal yang menonjol pada jenis kecerdasan visual-spasial ini. Anak-anak demikian ini akan unggul dalam permainan mencari jejak pada suatu kegiatan di kepramukaan misalnya.
5.   Kecerdasan kinestetik
Hal ini dapat dijumpai pada anak-anak yang unggul pada salah satu cabang olahraga, seperti misalnya: bulutangkis, sepakbola, tenis, berenang, dan sebagainya. Atau biasa pula tampil pada anak-anak yang pandai menari, tampil bermain akrobat atau unggul dalam bermain sulap.
6.   Kecerdasan inter-personal
Kecerdasan ini menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain, sehingga mudah dalam bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya. Kecerdasan ini sering disebut sebagai kecerdasan sosial, di mana selain seorang anak mampu menjalin persahabatan yang akrab dengan teman-temannya, juga termasuk kemampuan seperti memimpin, mengorganisasi, menangani perselisihan antarteman, memperoleh simpati dari anak-anak yang lain, dan sebagainya.
7.   Kecerdasan intra-personal
Kecerdasan ini menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri. Ia cenderung mampu untuk mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya sendiri. Anak-anak semacam ini senang melakukan introspeksi diri, mengoreksi kekurangan maupun kelemahannya, kemudian mencoba untuk memperbaiki diri. Beberapa diantaranya cenderung menyukai kesunyian dan kesendirian, merenung dan berdialog dengan dirinya sendiri.
 8.   Kecerdasan naturalis
Kecerdasan ini menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam. Misalnya senang berada di lingkungan alam yang terbuka seperti pantai, gunung, cagar alam, hutan, dan sebagainya. Anak-anak dengan kecerdasan seperti ini cenderung suka mengobservasi lingkungan alam seperti aneka macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka macam flora dan fauna, benda-benda di angkasa, dan sebagainya.
       Seorang guru tidak dapat mencap anak didiknya bodoh hanya karena mereka tidak dikaruniai bakat matematika atau kurang pandai bertutur bahasa, bukankah sebenarnya bahasa cuma masalah komunikasi dan matematika hanyalah alat berpikir saja.
Dari uraian di atas diharapkan para guru paham bahwa kecerdasan tidak hanya terbatas pada apa yang diukur oleh beberapa test intelegensi yang sempit saja, atau sekedar melihat prestasi yang ditampilkan seorang anak melalui ulangan maupun ujian di sekolah belaka. Dengan begitu guru dapat menggunakan metode yang tepat dalam kegiatan pembelajaran agar dapat mengembangkan kecerdasan dan potensi  dari peserta didik itu sendiri.


Source :
http://www.scribd.com/doc/52761961/Pendahuluan
http://www.hariansumutpos.com/arsip/?p=62483
http://mamboblora.wordpress.com/2010/11/05/memahami-kecerdasan-anak/
http://edukasi-enykusrini.blogspot.com/2010/12/memahami-kecerdasan-anak_21.html


Mentarbiyah dengan Cinta

DR. Maisarah Thahir berkata: mengajari anak dengan cinta menurut islam ada delapan:
Kosakata cinta, Pandang mata cinta, Suapan cinta, Sentuhan cinta, Selimut cinta, Pelukan cinta, Ciuman cinta, dan Senyum cinta.
Menurut saya sangatlah penting bagi kita mengamalkan tarbiyah dengan cinta kepada murid-murid disekolah. Karena untuk menjadi guru yang baik, perlu adanya sikap mengajar yang tulus dan ikhlas sehingga apa yang disampaikan kepada murid dapat menjadi manfaat dikehidupannya kelak. Sikap tulus ikhlas dapat ditunjukan dengan kosakata cinta saat menjelaskan, pandangan mata cinta juga dapat terpancar, dan sebagainya. Sikap ini bukanlah sikap yang sepenuhnya positif, karena perlu adanya ketegasan dalam mengajar apabila ada kesalahan dari anakmurid yang memang harus diberi tindak tegas. Tindakan tegas juga tidak perlu dengan sikap marah yang berlebihan tetapi bisa menggunakan sentuhan cinta dan pandangan cinta sehingga murid mengerti akan kesalahannya.
Tentunya artikel “Mentarbiyah dengan Cinta” ini berhubungan dengan Mata kuliah Profesi Pendidikan. Bagaimanapun juga peserta ajar adalah objek atas trasnfer ilmu dari subjek yang bernama pengajar. Pengajar harus mampu mentransformasikan nila-nilai etika lingkungan sehingga pengajar yang peka dapat mengajar dengan moral dan hati nurani.
Insyaallah saya sudah menjalankan tarbiyah dengan cinta kepada kedua anak saya tercinta sejak kecil karena saya ingin mereka menjadi pribadi yang juga halus lembut kepada teman-teman, guru dan saudaranya karena didikan dari keluarga yang penuh kasih sayang.


Source : http://www.al-ikhwan.net/2010/04/3528/mentarbiyah-dengan-cinta/

No comments:

Post a Comment